Lagu anak PAUD TK, Lagu pembelajaran PAUD

Kamis, 31 Desember 2015

PERBEDAAN DISABILITAS DAN DIFABILITAS


PAUD-Anakbermainbelajar--Dalam Naskah Terjemahan Resmi Lampiran Undang-undang Nomor 19 tahun 2011 salah satu isi hasil konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas dinyatakan : " Disabilitas merupakan suatu konsep yang terus berkembang dan disabilitas merupakan hasil dari interaksi antara orang-orang dengan keterbatasan kemampuan dan sikap dan lingkungan yang menghambat partisipasi penuh dan efektif mereka di dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.

Apakah Perbedaan Disabilitas dan Difabilitas ?
 
Disabilitas : dari kata dis abilities : kurang

Difabilitas : dari kata Diferen : Berbeda

Undang-undang nomor 19 tahun 2011 tentang Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas

Istilah difabel pada awalnya marak digunakan oleh para aktivis isu disabilitas di daerah Yogyakarta dan Jawa. Difabel merupakan gabungan dari dua kata yaitu Differently able, atau dapat juga Different ability. Maksud dari istilah tersebut untuk menunjukkan bahwa difabel itu bukan cacat atau kekurangan, tapi memiliki kemampuan yang berbeda, atau melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda. Jadi konotasinya lebih positif dibandingkan kata cacat atau disabled.

Sedangkan istilah penyandang disabilitas muncul menjelang ratifikasi Konvensi PBB Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas (UN Convention on The rights of Person with Disability). Menjadi serapan dari kata Person with Disability (PWD), dipakailah kata Penyandang Disabilitas untuk menggantikan kata penyandang cacat yang secara resmi ada di UU no 19 tahun 2011.

Ada perbedaan konseptual sebetulnya antara kata difabel dan penyandang disabilitas. Difabel mengacu pada diri si subjek yang memang memiliki kemampuan berbeda dibanding orang lain pada umumnya. Sedangkan kata penyandang disabilitas yang istilah aslinya Person with Disability, mengacu pada lingkungan di luar si subjek yang belum akomodatif sehingga menyebabkan disabilitas. Ketika lingkungan di sekitar sudah akomodatif dan si subjek dapat berkegiatan tanpa halangan lagi, maka dia akan jadi person yang seutuhnya, tanpa embel-embel disabilitas lagi.

Tinggal bagaimana Anda ingin melihat seorang difabel atau penyandang disabilitas dari sudut pandang yang mana. Semuanya punya sisi positif apabila memang ingin dipandang secara positif. Yang terpenting bukan istilah mana yang digunakan, tapi bagaimana sikap kita untuk mendukung teman-teman penyandang disabilitas. Bahwa mereka juga manusia atau person yang seutuhnya, punya berbagai potensi, kelebihan, dan kekurangan masing-masing, lalu apakah mereka mau dilihat dari kekurangannya, atau apa-apa yang dapat mereka lakukan?

Demikian Semoga bermanfaat, terimakasih sudah berkunjung ke PAUD-Anakbermainbelajar. Wassalam.. 
Share:

Senin, 21 Desember 2015

KURIKULUM PENDIDIKAN KELUARGA

Parenting-class
Pemenang Nobel Profesor James Heckman telah menemukan suatu cara baru untuk pengembangan potensi manusia seutuhnya. Ia percaya bahwa ada terlalu banyak fokus pada pengembangan keterampilan kognitif di mana pengetahuan dapat di uji, bukan pada pengembangan keterampilan sosial - seperti perhatian, ketekunan dan bekerja dengan orang lain. Ketika keterampilan sosial pada usia dini digabungkan dengan keterampilan kognitif, hal ini dapat membantu menciptakan warga negara yang lebih cakap dan produktif.

Setiap anak membutuhkan pengembangan anak usia dini yang efektif untuk keberhasilannya, tetapi anak-anak yang kurang beruntung yang mungkin paling sulit untuk mendapatkannya.

Heckman telah membuktikan bahwa investasi bahwa investasi dalam pengembangan anak usia dini bagi anak-anak yang kurang beruntung akan menghasilkan manfaat besar bagi individu dan masyarakat dengan memperoleh pendidikan yang lebih baik, kesehatan, dampak hasil ekonomi dan sosial, tidak hanya menghemat uang pembayar pajak, tetapi meningkatkan produktivitas ekonomi bangsa. Semua orang memperoleh manfaat ketika negara berinvestasi, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya alam dan manusia.

Persamaan Heckman yang menemukan cara baru pengembangan potensi manusia seutuhnya, dimana ketika keterampilan sosial pada usia dini digabungkan dengan keterampilan kognitif dapat membantu menciptakan warga negara yang lebih cakap dan produktif, demikian juga penemuan para ahli perkembangan otak yang menyatakan bahwa arsitektur otak dibangun setiap saat sejak janin, dan bahwa kekuatan atau kelemahan fondasi belajar dan karakter berbantung pada kualitas arsitektur otak, menjadi dasar penting dalam pengembangan kurikulum pendidikan keluarga.

Isi Kurikulum Pendidikan Keluarga terdiri dari tiga tingkat informasi :

1. Dimensi :
a. Pembinaan Orang Tua
b. Hubungan Orang tua dan anak
c. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
d. Pembinaan Keluarga
e. Masyarakat dan Budaya

2. Materi
a. Area pembelajaran pada masing-masing dimensi
b. Kadungan pembelajaran yang lebih sepesifik pada masing-masing area pembelajaran

3. Indikator 
Indikator yang merupakan tujuan jangka panjang pembelajaran pada masing-masing kandungan pembelajaran.

Lihat Kerangka Kurikulum dan Komponennya download di sini !!

Sumber : Buku Roadmap Pendidikan Keluarga Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Dirjen PAUDNI-Dikmas Depdiknas 2015
Share:

Minggu, 20 Desember 2015

DOWNLOAD SURAT EDARAN DIRJEN PAUD-DIKMAS NO. 2519/C.C2.1/DU/2015

Surat Edaran Dirjen PAUD dan Dikmas Nomor 2519/C.C2.1/DU/2015 Tanggal 17 Desember 2015 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang ditanda tangani Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Bapak Harris Iskandar.


Share:

Jumat, 11 Desember 2015

CARA MEMBUAT MEDIA PEMBELAJARAN KREATIF UNTUK PAUD

A. Pengertian
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Menurut Heinich, Molenda, dan Russell (1993) media adalah saluran komunikasi.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima  sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat, serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi . Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia dini semakin penting  mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa berfikir konkrit.

Oleh karena itu salah satu prinsip pendidikan untuk anak usia dini harus berdasarkan realita, artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata. Dengan demikian dalam pendidikan untuk anak usia dini harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkrit. Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai saluran penyampai pesan-pesan pendidikan untuk anak usia dini. Seorang guru pada saat menyajikan informasi kepada anak usia dini harus menggunakan media agar informasi tersebut dapat diterima atau diserap anak dengan baik dan pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan-kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.

Dari banyak pengertian tentang media pembelajaran, dapat kita ketahui bahwa ternyata yang disebut dengan media pembelajaran itu selalu terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan dan perangkat keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya (messege/software).

B. Manfaat Media Pembelajaran
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran yaitu:
  1. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas, menarik, kongkrit dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka (verbalistis).
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain.
  3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
  4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
  5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.
  6. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
  7. Memberikan perangsang, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.

C. Prinsip Pembuatan Media Pembelajaran
Dalam pembuatan media pembelajaran ini ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan :
Media pembelajaran yang dibuat hendaknya multi guna. Multiguna di sini maksudnya adalah bahwa media tersebut dapat digunakan untuk pengembangan berbagai aspek  perkembangan anak. Contoh media pembelajaran tersebut adalah alat permainan dalam bentuk bola tangan. Bola tangan dapat digunakan untuk pengembangan motorik anak dengan cara anak menggunakannya untuk saling melemparkan bola tersebut. Selain untuk perkembangan motorik alat permainan tersebut bisa dikembangkan untuk pengembangan aspek kognitif/pengetahuan anak. Misalnya bola tersebut dirancang dengan menggunakan berbagai warna. Aspek perkembangan lain yang dapat dikembangkan melalui alat permainan tersebut adalah anak dapat mengenal berbagai macam bunyi-bunyian, dan lain-lain.

Bahan mudah didapat di lingkungan sekitar lembaga PAUD dan murah atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa. Membuat media pembelajaran sebenarnya tidak harus selalu dengan biaya yang mahal. Banyak sekali bahan-bahan disekitar kita yang dapat digunakan untuk membuatnya. Sebagai contoh bekas bungkus susu bubuk dapat kita gunakan untuk membuat kapal-kapalan. Keuntungan dengan menggunakan bahan-bahan bekas selain  bahan tersebut tidak kita buang, ada nilai pendidikan yang kita tanamkan kepada anak yang anak dilatih untuk bersikap hidup sederhana dan kreatif.

Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak. Aspek keselamatan anak merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru sebagai pembuat media pembelajaran . Bahan-bahan tertentu yang mengandung bahan kimia yang berbahaya perlu dihindari oleh guru. Misalnya penggunaan jenis cat yang digunakan untuk mewarnai alat permainan tertentu sebaiknya yang tidak membahayakan mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi anak.

Dapat menimbulkan kreativitas, dapat dimainkan sehingga menambah kesenangan bagi anak, menimbulkan daya khayal dan daya imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen dan bereksplorasi. Alat permainan konstruktif seperti balok-balok kayu merupakan salah satu contoh alat permainan yang cukup menarik dan menantang anak untuk berkreasi.

Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana. Tiap media pembelajaran itu sudah memiliki fungsi yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Guru harus menjadikan tujuan dan fungsi sarana ini sebagai bagian yang penting untuk diperhatikan

Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal. Media pembelajaran yang dirancang harus memungkinkan anak untuk menggunakannya baik secara individual, digunakan dalam kelompok atau secara klasikal.

Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Tingkat perkembangan anak yang berbeda berpengaruh terhadap jenis permainan yang akan dibuat oleh guru. Sebagai contoh puzel (kepingan gambar). Tingkat kesulitan dan jumlah kepingan gambar yang harus disusun oleh anak akan berbeda antara kelompok usia satu dengan kelompok usia lainnya.

D. Pengembangan  Media  Pembelajaran
Saat ini memang sudah banyak media  pembelajaran yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang secara khusus memproduksi media  pembelajaran, namun demikian tidak ada salahnya jika guru dapat membuat media  pembelajaran sendiri. Malah sangat dianjurlan guru untuk secara kreatif membuat media  pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan sekitarnya.

Kemampuan lain yang harus dikuasai oleh guru selain mampu memilih media pembelajaran secara tepat adalah kemampuan dalam mengembangkan media pembelajaran. Kegiatan pengembangan ini banyak terkait dengan proses pembuatan media yang dilakukan secara sistematis dari mulai tahap perancangan/desain, produksi media, dan evaluasi. Tahapan-tahapan tersebut harus dilalui secara prosedural sehingga media yang dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan.

Bila kita akan membuat suatu media pembelajaran untuk anak usia dini, maka diharapkan dapat melakukannya dengan persiapan dan perencanaan yang teliti. Secara umum langkah-langkah sistematik yang perlu dilakukan pada saat membuat rancangan media adalah sebagai berikut:
a) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
b) Merumuskan tujuan instruksional dengan operasional dan khas
c) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
d) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
e) Membuat desain media
f) Melakukan revisi.

Untuk pembuatan media pembelajaran di PAUD ada beberapa hal penting yang harus kita perhatikan, salah satunya adalah tentang kriteria pemilihan media yang harus kita perhatikan. Keriteria pemilihan media meliputi hal-hal sebagai berikut :
  • Selaras dan menunjang tujuan pembelajaran di lembaga PAUD yang bersangkutan.
  • Kesesuaian materi yang diajarkan dengan media yang akan digunakan di PAUD
  • Kondisi subyek belajar kondisi ini bisa meliputi; usia.Sosial-budaya,lingkungan, geografis dll.
  • Ketersediaan bahan dan alat yang memadai di sekolah/lembaga PAUD ybs
  • Mendukung tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
  • Biaya  yang dikeluarkan seimbang dengan hasil yang akan dicapai.

Contoh Rancangan Pembuatan Media Pembelajaran

Nama/Judul Media :
Metamorfosis Kupu-kupu
Sasaran :
     1.    Kelompok Usia 5 – 6 Tahun
Kemampuan yang dikembangkan :
1.  Moral & Nilai-nilai Agama :menyayangi ciptaan Tuhan, berfikir kritis, percaya diri, kreatifitas dll
  1. Sosial – Emosional : menunggu giliran untuk bermain (antre)
  2. Bahasa : Anak menyimak cerita, anak menceritakan kembali proses metamorphosis.
  3. Kognitif : membedakan warna, bentuk, menghitung, menyebutkan makanan ulat dan kupu-kupu, anak mampu mengurutkan objek.
  4. Seni : menyanyi sambil menari tentang lagu kupu-kupu, berimajinasi tentang kupu-kupu.
  5. Motorik ; menirukan gerak kupu-kupu,
Bahan :
       1.         Kertas warna
       2.         Kardus bekas
       3.         Kerta hvs

4.         Kacang hijau
5.         Sabut kelapa
6.         Kertas duplek

Alat :
1. Gunting
2. Pisau / Cutter

3. Lem
4. spidol

Cara membuat :
1.      Kardus bekas digunting ukuran 20x20 cm, dan dibungkus dengan kertas HVS.
  1. Membuat pola kupu-kupu, ulat, dan daun dengan menggunakan kertas warna, lalu ditempel pada kertas duplek lalu digunting sesuai pola.
  2. Untuk telur ulat digunakan kacang hijau yang ditempelkan pada pola daun.
  3. Untuk mempercantik gambar kupu-kupu ditambahkan bentuk-bentuk bulat atau bentuk geometric sesuai kreativitas dengan menggunakan kertas warna.
  4. Media dibuat dalam dua paket.
Cara menggunakan :
  1. Sebelum memperlihatkan gambar, guru bercerita tentang kisah kupu-kupu .
  2. Guru memperlihatkan gambar, kemudian menjelaskan bagaimana proses metamorphosis kupu-kupu, dengan mengurutkan gambar .
  3. Setelah anak memahami bagaimana proses metamorphosis, diadakan lomba untuk mengurutkan gambar sesuai urutan.
  4. Bagi anak yang paling cepat dan benar diberikan reward berupa bintang yang terbuat dari kertas.
Desain gambar :

 

Sumber: http://ipisumedang.blogspot.co.id/2012/12/pembuatan-media-pembelajaran-untuk-anak.html./ Dengan penambahan dan perubahan seperlunya!!.
Share:

Jumat, 04 Desember 2015

PENDIDIKAN KHUSUS BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS MENURUT PERATURAN DAN UU

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga menetapkan mengenai pendidikan khusus bagi anak yang berkebutuhan khusus ini,  yang terwujud dalam UU  no. 20 Tahun 2003 Pada pasal 32 ayat 1, yang terdiri dari :
  1. Tunanetra
  2. Tunarungu, Tunawicara
  3. Tunagrahita : Ringan (IQ = 50 - 70), sedang (IQ = 25 - 50), (a.l. Down Syndrome)
  4. Tunadaksa : Ringan, Sedang
  5. Tunalaras (Dysruptive) dan HIV AIDS dan Narkoba
  6. Autis, Sindrome Asperger
  7. Tunaganda
  8. Kesulitan Belajar / Lambar Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dysgraphia/Tulis, Dislexia/Baca, Dysphasia/Bicara, Dyscalculia/Hitung, Dyspraxia/Motorik).
  9. GIFTED : Potensi Kecerdasan Istimewa (IQ > 125) dan
  10. TALENTED : Potensi Bakat Istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico-mathematic, Visuo-Spatial, Bodily-kinesthetic,Musical, Interpersonal, Natural, Intrapersonal, Spritual) dan
  11. INDIGO
Kepres Nomor 36 tahun 1990 tentang Konvensi Anak, Pasal 23 menyatakan bahwa :
  1. Negara-negara peserta mengakui bahwa seseorang anak yang menderita cacat mental dan fisik hendaknya menikmati kehidupan yang penuh dan layak, dalam keadaan-keadaan yang menjamin martabat, meningkatkan percaya diri dan mempermudah peran serta aktif anak dalam masyarakat.
  2. Negara-negara peserta mengakui hak anak cacat atas perawatan khusus dan akan mendorong dan menjamin pemberian, berdasarkan sumber-sumber daya yang tersedia, kepada anak yang berhak serta mereka yang bertanggung jawab atas perawatannya, bantuan yang diminta dan yang layak bagi keadaan anak dan bagi lingkungan orang tua dan orang lain yang merawat anak.
  3. Dengan mengakui kebutuhan-kebutuhan khusus anak cacat, bantuan, bila mungkin sesuai dengan paragraph 2 pasal ini akan diberikan secara cuma-cuma, dengan memperhatikan sumber keuangan orang tua atau pihak lain yang mengasuh anak bersangkutan, dan akan dirancang untuk menjamin bahwa anak cacat bisa secara efektif memperoleh pendidikan, pelatihan, pelayanan-pelayanan perawatan kesehatan,  pelayanan-pelayanan rehabilitasi, persiapan untuk bekerja dan peluang-peluang untuk rekreasi sedemikian rupa sehingga bisa menjurus kepada keberhasilan anak untuk mencapai integrasi sosial dan pengembangan pribadi sepenuh mungkin, termasuk pengembangan kebudayaan dan spiritualnya.
  4.  Negara-negara peserta akan meningkatkan, dalam semangat kerja sama internasional, pertukaran informasi yang tepat dalam bidang pelayanan kesehatan pencegahan dan tentang perawatan medis, psikologis  dan fungsional anak cacat, termasuk penyebarluasan dan pelayanan kejujuran, dengan tujuan memungkinkan negara-negara peserta meningkatkan kemampuan dan keterampilan mereka dan memperluas pengalaman mereka dalam bidang-bidang ini. Dalam hal ini, perhatian khusus harus diberikan kepada kebutuhan-kebutuhan negara-negara berkembang.
    Sumber : Dari berbagai sumber !!
    Share:

    Jumat, 27 November 2015

    PENTINGNYA KEGIATAN BERCAKAP-CAKAP UNTUK ANAK TK/PAUD

    Bercakap-cakap untuk anak Usia Dini khususnya anak yang kita didik di Lembaga-lembaga PAUD, ternyata sangat penting dilakukan. Hal ini sejalan dengan dengan pandangan Fetjhof  Schouon, Seorang filsuf yang mengatakan bahwa salah satu kecerdasan khas manusiawi adalah kemampuan manusia bercakap-cakap dalam bentuk bahasa. Kemampuan manusia dalam bercakap-cakap dalam bentuk bahasa. Tetentunya terjadi interaksi antara 2 orang atau lebih yang saling menanggapi dan terjadilah proses tanya-jawab (Suharsono, 2003 : 219).

    Metode bercakap-cakap merupakan interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik, atau antara anak dengan anak bersifat menyenangkan berupa dialog yang tidak kaku. Topik percakapan dapat bebas ataupun ditentukan.Dra. Moeslikhatoen R. MPd (1999 : 92) menuliskan bahwa bercakap-cakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog.


    Hilderbrand, (1986 : 297) mengungkapkan bercakap-cakap berarti saling mengomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif.

    Moeslihatoen mengatakan “bercakap-cakap merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi. Berkomunikasi merupakan proses dua arah. Untuk terjadinya komunikasi dalam percakapan diperlukan keterampilan mendengar dan keterampilan berbicara. Untuk bercakap-cakap secara efektif, belajar mendengarkan dan belajar berbicara sama penting. Sebagai pendengar dalam berkomunikasi antarpribadi sedikitnya ada tiga hal yang harus dilakukan (Hetherington & Park, 1979 : 296).

    Berdasarkan hal-hal di atas dapat kita tarik kesimpulan; metode bercakap-cakap adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya-jawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar peribadi, dimana satu dengan lainnya saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.

    Apakah manfaat Metode Bercakap-cakap untuk anak TK/PAUD?

    Adapun manfaat dan pentingnya metode bercakap-cakap untuk anak usia dini di lembaga-lembaga TK/PAUD ini antara lain:
    1. Meningkatkan keberanian anak untuk mengaktualisasikan diri
    2. Meningkatkan keberanian anak untuk menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan.
    3. Meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan anak lain.
    4. Semakin meningkatkan kemampuan anak membangun jati dirinya
    5. Dengan kegiatan bercakap-cakap semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang bersumber dari guru atau anak lain.
    Demikianlah bunda tentang pentingnya kegiatan atau metode becakap-cakap untuk anak-anak kita di TK/PAUD, Semoga bermanfaat. Terimakasih. Wassalam...

    Sumber: Dari Berbagai sumber !!
    Share:

    PERSIAPAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK TK/PAUD

    Sebenarnya kegiatan berhitung merupakan tahapan dasar anak mengenal angka, sehingga anak bisa menghitung. Harusnya, awal belajar Baca Tulis dan berhitung (calistung) ini, banyak disampaikan di sekolah dasar, namun yang terjadi di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Bimbingan Belajar (Bimbel), Taman Kanak-Kanak (TK) dan lainnya juga sudah mengajarkan hal tersebut.

    Sebenarnya usia yang tepat untuk anak mulai belajar Baik Baca, Tulis dan Berhitung (calistung) ini ketika anak sudah berusia 5 tahun. Karena pada usia tersebut anak sudah mulai ada kesiapan daya pikir, kesiapan sikap dalam belajar dan kesiapan motorik halus, terutama pada tangan dan jari-jari untuk menulis.

    Sedangkan untuk anak usia 3 tahun (batita) yang sebenarnya masih berada pada tahap perkembangan, kebutuhan utamanya adalah mengembangkan kemampuan fisik-motorik dan kemampuan berekspolasi terhadap lingkungannya serta mengembangkan kemampuan dalam bahasa dan komunukasi, terutama dalam berkomunikasi secara lisan dalam pergaulan sosialnya. Jadi masih belum dibutuhkan untuk diajarkan baca tulis dan berhitung ini. Kalaupun ingin di ajarkan sebaiknya hanya yang bersifat pengenalan dan persiapan dasar, baik membaca, menulis dan berhitungnya, ini pun dilakukan harus dengan cara bermain..bermain dan bermain ya bunda....!!.

    Landasan Teori Permainan Berhitung 
     
    1. Tingkat perkembangan mental anak
    Jean Piaget : Anak usia TK berada pd tahapan pra-operasional konkrit yaitu tahap persiapan kearah pengorganisasian pekerjaan yg konkrit dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pd interpretasi dan pengalamannya ( persepsinya sendiri ).

    2. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar.
    Apabila anak sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung maka ortu dan guru TK harus tanggap.

    3. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya.

    Hurlock(1993) : Bahwa lima tahun pertama dlm kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.Anak yg mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik mapun psikis di awal perkembangannya diramalkan akan dapat melaksanakan tugas perkembangan

    Konsep bentuk warna, ukuran dan pola

    Usia 4 – < 5tahun
    • Mengklasifikasikan berdasarkan bentuk atau warna atau ukuran
    • Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yg sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
    • Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
    • Mengurutkan benda berdasarkan variasi ukuran atau warna

    Usia 5 – < 6 tahun
    • Mengenal perbedaan berdasarkan ukuran “ lebih dari “ “ kurang dari “ dan “ paling ter “
    • Mengklasifikasikan benda berdasarkan bentuk dan ukuran ( 3 variasi )
    • Mengklasivikasikan benda yang lebih banyak ke dalam kelompok yg sama atau kelompok yg sejenis atau kelompok berpasangan yg lebih dari 2 variasi
    4. Mengenal pola ABCD – ABCD

    5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya

     
    Tahapan penguasaan berhitung dijalur matematika yaitu :
    1. Penguasaan konsep Pemahaman dan pengertian sesuatu dg menggunakan benda dan peristiwa konkrit, spt pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.

    2. Masa Transisi
    Proses berfikir yg merupakan masa peralihan dr pemahaman konkrit menuju pengenalan lambang yg abstrak, dimana benda konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya. Dilakukan guru secara bertahap sesuai dg laju dan kecepatan kemampuan anak secara individual.

    3. Lambang
    Merupakan visualisasi dari berbagai konsep misalnya lambang 7 unt menggambarkan konsep bilangan tujuh, merah unt menggambarkan konsep warna, besar unt menggambarkan konsep ruang dan persegi empat unt menggambarkan konsep bentuk.

    Konsep berhitung yg harus dikenalkan kepada anak :
    1. Korespondensi Satu Satu
    Pertama mulailah dg mencoba-coba membilang dr tingkatan yg sangat sederhana.contoh : satu buku, satu pensil,dst.

    2. Pola
    Pola merupakan kemampuan unt memunculkan pengaturan sehingga anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2-3 pola yg berurutan.

    3. Memilah/menyortir/klasifikasi
    pengelompokan berdasarkan atribut, bentuk, ukuran, jenis warna,dll.

    4. Membilang
    Menghafal bilangan merupakan kemampuan mengulang angka yg akan membantu pemahaman anak akan arti sebuah angka.contoh : 1 2 3 4 5 6 7 8………dst.

    5. Makna angka dan pengenalannya
    Setiap angka memiliki makna dr benda-benda/simbol-simbol= 3 bintang
    Dikenalkan pd bentuk-bentuk yg sama/tdk sama, besar kecil dsb.

    6. Ukuran
    Anak perlu mengalaman akan mengukur berat, isi, panjang dg cara mengukur langsung sehingga prosesmenemukan angka dr sebuah objek.

    7. Dua hal ini merupakan bagian dr proses kehidupan sehari-hari.
    Contoh :
    Waktu : 1 hari Ruang : Sempit
    2 hari Luas

    8. Penambahan dan pengurangan
    2 hal dapat dikenalkan pada anak pra sekolah dengan memanipulasi benda.
    contoh : Penambahan
    4+ 2 =6
    contoh : Pengurangan
    5- 2= 3
    Konsep klasifikasi/pengelompokan
    Kegiatan meletakkan benda- benda ke dalam sebuah kelompok dengan cara memilah benda- benda yang memiliki satu atau lebih ciri sama (menyerupai)dan merupakan keterampilan dasar dalam membentuk pola grafik, bangun, ruang dan pengukuran
    Jalur Matematika Di TK.

    1. Bermain pola
    Anak diharapkan dpt mengenal dan menyusun pola-pola yg terdapat disekitarnya.Anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dg kreativitasnya.

    2. Bermain Klasifikasi
    Anak diharapkan dpt mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai dg yg dicontohkan dan tugas yg diberikan oleh guru.

    3. Bermain Bilangan
    Anak diharapkan mampu mengenal dan memahami konsep bilangan, transisi dan lambang sesuai dg jumlah benda-benda pengenalan bentuk lambang dan dpt mencocokan sesuai dg lambang bilangan.

    4. Bermain Ukuran
    Anak diharapkan dpt mengenal konsep ukuran standard yg bersifat informal atau alamiah, seperti panjang, tinggi, dan isi melalui alat ukur alamiah, antara lain jengkal, jari, langkah, tali, tongkat.

    5. Bermain Geometri
    Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dg cara mengamati benda benda yg ada disekitar anak mis lingkaran,segitiga,bujur sangkar, segi empat, segi lima,segi enam,setengah lingkaran,bulat telur (oval).

    6. Bermain estimasi (memperkirakan)
    Anak diharapkan dapat mengenal kemampuan memperkirakan (estimasi) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas jumlah ataupun ruang. 
    Anak terlatih untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yg akan dihadapi
    Perkiraan waktu misalnya:
    • Berapa hari biji tumbuh
    • Berapa lama kita makan
    • Berapa lama anak dapat memantulkan bola
    • Berapa ketukan gambarnya selesai
    • Perkiraan jumlah. Misalnya berapa jumlah ikan yg ada dalam aquarium.
    • Perkiraan ruang misalnya : Berapa anak bergandengan untuk dapat mengelilingi kelas ini.
    7. Bermain Statistika.
    Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan dalam jumlahdan perbandingan dan hasil pengamatan terhadap suatu obyek (dalam bentuk visual).

    Prinsip-Pinsip Permainan Berhitung permulaan

    1. Permainan berhitung diberikan secara bertahap.
    2. Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap.
    3. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi kesempatan berprtsp
    4. Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan rasa aman.
    5. Bahasa yg digunakan seyogyanya yang sederhana.
    6. Anak dikelompokkan sesuai dengan tahap penguasaanya.
    7. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan harus dimulai dari awal sampai akhir.

    Demikian Tentang persiapan Bermain Berhitung Permulaan untuk anak TK/PAUD, Semoga bermanfaat. Terimakasih. Wassalam.....
    Share:
    Copyright © ANAK PAUD BERMAIN BELAJAR | Powered by Blogger